Minggu, 20 Januari 2019

Artikel Perubahan Menuju Kesejahteraan dan Kecerdasan

Perubahan Menuju Kesejahteraan dan Kecerdasan



Bunga tidak selalu tumbuh di taman, ada kalanya bunga tumbuh di hutan. Yang harus membutuhkan tenaga berkali-kali lipat dari biasanya. Sehingga kita sebagai makhluk hidup wajib untuk menjaganya, wajib untuk melestarikannya.

Sama seperti mereka, mereka ada di dunia ini, mereka ada di negeri ini, mereka ada di pulau ini, mereka ada di kota ini. Tapi, kita tidak pernah menganggap bahwa mereka itu ada disini. Sehingga mereka merasa kalau mereka itu tidak ada disini. Karena selama ini tidak ada yang memperdulikan mereka, tidak ada yang menganggap mereka, tidak ada yang melihat mereka bahkan melirik pun tidak.

Tapi mereka tidak berhenti di situ saja. Mereka tetap berjuang untuk menunjukkan kepada kita kalau mereka itu benar-benar ada. Ada di dunia ini untuk hidup berdampingan bersama kita.

Mereka tinggal di sebuah pedesaan kecil yang berada di kota besar. Mereka tidak pernah putus asa walah mereka hidup di sebuah desa kecil. Yang mayoritas diantara mereka itu tidak bersekolah, bahkan menginjak bangku sekolah pun belum pernah sama sekali. Sehingga sebagian besar dari mereka buta huruf. Tapi mereka tidak tinggal diam, seperti yang dijelaskan di dalam firman Allah SWT dalam QS. Ar Ra'd [13]:11 yang berbunyi

‏ﺇِﻥَّ ﺍ ﻟﻠَّﻪَ ﻟَﺎ ﻳُﻐَﻴِّﺮُ ﻣَﺎ ﺑِﻘَﻮْﻡٍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻐَﻴِّﺮُﻭﺍ ﻣَﺎ ﺑِﺄَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka ” ( QS.Ar Ra'd [13]: 11 ).

Semangat mereka yang membara untuk selalu turun kejalan demi kehidupan mereka sendiri setiap harinya. Semangat itulah yang ditanamkan kepada mereka sejak kecil, sehingga mereka tidak hidup bergantung pada orang lain. Walaupun mereka lebih sering menghabiskan waktu mereka di jalanan untuk mencari uang, tapi mereka tidak pernah mengeluh akan semua itu.

Sedangkan kita yang sehari-harinya hanya bisa meminta dan meminta saja pada orang tua kita, kita tidak malu pada mereka bahkan kita dengan angkuhnya mengangkat kepala kita dan mengatakan “Dasar anak-anak jalanan, sampah negara. Bagaimana negara kita mau maju kalau anak kecil saja sudah turun kejalan untuk meminta-minta dan sebagainya. Apa mereka tidak mikir sebagai orang tuanya.” Padahal seharusnya kitalah yang mendapatkan tamparan itu, bukan mereka.

Karena semangat itulah membuat para mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas-universitas ikut turun kejalan demi mereka. Karena para mahasiswa itu tidak tega melihat perjuangan mereka selama ini yang hanya dianggap sebagai sampah negara. Yang sebenarnya mereka itu adalah permata negara ini. Hanya saja tidak ada yang mau melihat perjuangan-perjuangan mereka sejak dulu hingga kini.

Akhirnya para mahasiswa itu memutuskan untuk mengabadikan diri mereka untuk mereka semua. Dengan cara mengadakan bimbingan atau yang sering di sebut sebagai sekolah gratis setiap hari Kamis di desa itu. Mereka mulai dari kalangan anak-anak hingga orang tua sangat antusias dengan program itu. Mereka sangat senang dan bahagia sekali.

Walaupun pada awalnya para mahasiswa itu sangat sulit untuk masuk di desa itu, tapi akhirnya mereka bisa masuk dan mengadakan program tersebut. Kini mereka sudah mulai bisa membaca dan tidak menghabiskan waktu mereka di jalanan saja, terutama pada anak-anak.

Untuk itu marilah kita ubah cara pandang kita terhadap mereka. Mereka butuh kita semua, jangan biarkan mereka berjuang sendiri. Kita harus selalu ada untuk mereka. Karena mereka diciptakan untuk kita. Tanpa mereka kita tidak akan bisa menjadi seperti saat ini. Untuk itu janganlah lagi kita anggap mereka sebagai sampah negara, melainkan sebagai saudara kita sendiri.

HIDUP MAHASISWA
SALAM PERGERAKAN
SALAM ADVOKASI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar